Allah subhanahu wata’ala telah mewajibkan kita untuk beribadah kepada-Nya semata dan tidak mensekutukaNya, serta memperingatkan kita dari tipudaya syetan dan langkah-langkahnya, yang diantaranya adalah sikap ghuluw terhadap orang-orang sholih.
Penting untuk kita ketahui, bahwa sebab kafirnya anak keturunan Adam atau sebab terjadinya kekufuran pertama kali pada anak keturunan Adam dan sebab mereka meninggalkan agamanya -yang untuknya mereka diciptakan serta tidak ada kebaikan dan kesuksesan kecuali denganya -, adalah sikap ghuluw terhadap orang-orang sholih dari kalangan para nabi dan para wali dan selainya baik dalam ucapan, amalan dan keyakinan.
Adapun yang dimaksud dengan ghuluw adalah pelanggaran terhadap apa yang diperintahkan Allah, dan melampaui batas yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Maka barang siapa memperhatikan sebagian dari perbuatan syirik yang dilakukan oleh para penyembah kubur terhadap orang-orang yang sudah mati, maka akan mengetahui bahwa sebabnya adalah ghuluw terhadap mereka. maka hendaknya setiap muslim berhati-hati dari sikap ghuluw, lebih-lebih lagi terhadap orang-orang sholih, karena ghuluw adalah pokok dari kesyirikan dari zaman dahulu hingga sekarang.
Kalau kita memperhatikan sikap manusia terhadap orang-orang sholih maka akan didapatkan bahwa mereka terbagi menjadi tiga kelompok;
Yang pertama adalah al-ghullat, yaitu mereka yang berlebihan dalam menempatkan orang-orang sholih diatas kedudukan yang Allah berikan kepada mereka, mengagungkan kuburan mereka dengan berdo’a kepadanya, menyembelih untuknya, thowaf disekelilingnya bahkan sampai kepada keyakinan bahwa orang-orang sholih mampu mengabulkan do’a, menyelamatkan orang yang tenggelam, memadamkan kebakaran serta ikut andil dalam mengatur alam semesta, dan ini adalah termasuk syirik besar.
Kelompok kedua adalah al–juffat, yaitu orang-orang merendahkan kedudukan orang-orang sholih dan mengingkari keutamaan mereka serta tidak memberikan hak mereka yang berupa kecintaan dan loyalitas. Kedua kelompok ini telah melenceng dari jalan yang lurus.
Adapun yang ketiga adalah al-wasath, yaitu mereka yang menjadikan orang-orang sholih sebagai suritauladan dalam ucapan dan amal sholih mereka, mencintai, menghormati dan membela mereka, serta tidak mengangkat mereka diatas kedudukan yang Allah berikan kepada mereka, inilah sikap tengah-tengah yang wajib kita berikan kepada mereka, tidak ekstrim dan berlebihan tidak juga merendahkan.
Allah subhanahu wata’ala melarang orang-orang ahli kitab dari melampaui batas terhadap orang-orang sholih, dan dari mengangkat makhluk diatas kedudukan yang Allah berikan kepada mereka, orang nasrani ghuluw terhadap Isa bin Maryam, mengangkatnya dari derajat kenabian serta menjadikanya sesembahan selain Allah, sedangkan orang yahudi merendahkanya, tidak mengakui kenabianya.
قال تعالى في محكم التنزيل : يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ
“ wahai ahli kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan didalam agama kalian “
Meskipun ayat ini ditujukan langsung kepada ahli kitab, namun juga merupakan peringatan bagi umat ini dari bersikap berlebihan terhadap nabi mereka Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam- sebagaimana yang telah dilakukan orang-orang nashrani terhadap Isa ‘alaihi sallam, dan orang-orang yahudi terhadap Uzair. maka barangsiapa yang menyerupai mereka dan berlebihan dalam beragama maka termasuk golongan mereka.
Dalam kitab shoheh Bukhori ada satu riwayat dari Ibnu Abbas t yang menjelaskan tentang firman Allah I :
وقالوا لا تذرن آلهتكم ولا تذرن ودا ولا سواعا ولا يغوث ويعوق ونسرا
“Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata : janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-tuhan kamu, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan ) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun Nasr”( QS. Nuh, 23 )
Beliau ( Ibnu Abbas ) mengatakan : “Ini adalah nama orang-orang sholeh dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka meniggal dunia, syetan membisikan kepada kaum mereka agar membikin patung-patung mereka yang telah meninggal di tempat-tempat dimana disitu pernah diadakan pertemuan pertemuan mereka, dan mereka disuruh memberikan nama-nama patung tersebut dengan nama-nama mereka, kemudian orang-orang tersebut menerima bisikan syetan, dan saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan sesembahan, baru setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama dilupakan, mulai saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah”.
Ibnul Qoyyim berkata “banyak para ulama salaf mengatakan : “setelah mereka itu meninggal, banyak orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka membikin patung-patung mereka, kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama ahirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan”.
Dan syetan selalu membisikan kepada penyembah kubur sehingga mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada kuburan dan menjadikanya tempat berkumpul dan perayaan, serta menganggap bahwa hal tersebut akan memberikan manfaat di dunia maupun akhirat. Bahkan mereka memusuhi ahli tauhid yang melarang dari perbuatan tersebut serta loyal terhadap orang-orang musyrik dan menganggap mereka sebagai wali Allah.
Diriwayatkan dari Umar Radhiyallohu’anhu bahwa Rasulullah Shollallohu’alaihi wasalam bersabda :
” لا تطروني كما أطرت النصارى عيسى بن مريم، إنما أنا عبد، فقولوا عبد الله ورسوله”
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : Abdullah ( hamba Allah ) dan Rasulullah ( Utusan Allah )” ( HR. Bukhori dan Muslim ).
Rosulullah melarang umatnya dari sikap melampaui batas didalam memujinya sebagaimana orang nashrani melampaui batas dalam memuji Isa ‘alaihi salam bahkan menjadikanya sesembahan selain Allah.
Ada sebagian umat islam yang bersikap berlebihan terhadap Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam, mereka berdo’a kepadanya, beristighotsah, memohon syafa’at darinya, bersumpah dengan nama beliau lalu terjerumuslah mereka kepada perbuatan syirik besar yang merusak tauhid.
Dan sebagian umat islam yang lain meninggalkan ketaatan kepada Nabi shalallah ‘alaihi wasalam serta berpaling dari petunjuknya. Maka wajib bagi setiap muslim memperhatikan hal ini, serta wajib mentaatinya sebagaimana diperintahkan tanpa berlebihan atau merendahkan.
Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasalam memperingatkan umatnya dan bersabda :
“إياكم والغلو، فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو”.
“Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan, karena sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian”( HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu majah dari Ibnu Abbas ).
Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasalam melarang sikap berlebihan dalam beragama dan melampaui batas dalam ucapan dan perbuatan, baik itu dalam memuji sesuatu atau mencelanya, ini adalah penyakit kronis yang telah membinasakan umat terdahulu.
Maka yang wajib bagi setiap muslim, hendaknya bersikap dan menempatkan segala sesuatu sesuai dengan kedudukan dan kapasitasnya, serta tidak mengamalkan sesuatu kecuali sesuai dengan proporsi yang disyariatkan dan tidak bersikap ekstrim atau berlebihan dalam setiap perkara agama.
Dan dalam shoheh Muslim, Ibnu Mas’ud Radhiyallohu’anhu berkata : bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda :
” هلك المتنطعون ” قالها ثلاثا.
“Binasalah orang-orang yang bersikap berlebih-lebihan” (diulanginya ucapan itu tiga kali).
Ditulis dihari yang mulia di Pesantren Tahfidz Putri Muslim Merapi, Cepogo, Boyolali
Oleh : Ust. Rusman, Lc
Sumber : Penjelasan Kitab Tauhid Syeikh Muhammad Tamimy