Sore itu, berdiri di tepi jalan, seorang pemuda, tengah memandangi sekelompok orang yang sedang memanggul jenazah di pundak-pundak mereka dan kiranya mereka hendak membawanya ke sebuah pemakaman. Sejenak pemandangan ini menyita perhatian pemuda ini.
Pemuda ini lalu bertanya kepada dirinya, “Kemanakah orang-orang ini akan membawanya? Apakah mereka hendak menguburkannya di pemakaman itu?” Sembari mengikuti rombongan jenazah itu, pandangannya tak lepas dari jenazah yang ada di panggulan orang-orang itu. Akhirnya tibalah ia dan rombongan itu di pemakaman yang dituju, lalu mulailah mereka melaksanakan prosesi pemakaman jenazah itu.
Lalu ia bertanya kepada dirinya untuk yang kedua kalinya lagi, “Apakah mereka sungguh-sungguh akan memasukannya ke dalam liang kubur itu? Ke dalam lubang yang sempit dan dalam itu? Apa yang akan si mayit temui nanti di dalam liang kubur itu?”
Bertubi-tubi pertanyaan terus ia ucapkan kepada dirinya sendiri, “Adakah cahaya di dalamnya? Bukankah orang-orang itu akan menimpakan tanah-tanah itu ke dalam liang kuburnya? Sungguh sempit sekali tempat orang itu, sendiri ia di sana, tanpa harta, tanpa sanak keluarga, tanpa kekuasaan, kehormatan dan tahta. Apa yang ia dapatkan di lubang yang sempit nan gelap itu?
Lalu pemuda ini melanjutkan pertanyaannya kepada dirinya untuk kesekian kalinya, “lalu, apakah kelak aku akan mendapati diriku seperti yang dialami olehnya? Akankah orang-orang kelak akan memasukan jenazahku ke dalam liang yang sempit dan gelap itu, lalu mereka menimbunku dengan tanah hingga tak ada ruang bagiku untuk bergerak? Ya Allah………, Apakah yang akan aku dapatkan di dalam liang kuburku kelak? Bagaimanakah kehidupanku di dalam liang tersebut setelah kematianku?
“Ya,….. aku teringat apa yang pernah aku baca. Aku teringat apa yang pernah aku dengar di beberapa pengajian yang aku hadiri”, kata pemuda itu. “Sesungguhnya ketika manusia meninggal, jenazahnya akan diletakkan di dalam liang yang sempit, yang mana orang-orang akan menimbunnya dengan tanah. Lalu, Allah akan kembalikan ruhnya ke dalam jasadnya, sehingga ia dapat mendengar langkah-langkah manusia yang ada di luar alam kuburnya. Ia dapat mendengar langkah-langkah kaki mereka, satu per-satu mereka pergi meninggalkannya dalam kesendirian.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menggambarkan ini di dalam sabdanya,
إِنَّ العَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ
“Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di dalam kuburnya dan kerabatnya meninggalkanya, sesungguhnya ia benar-benar akan mendengar suara alas kaki mereka.” (H.R. Bukhori dan Muslim)
Tampak ketakutan mulai terlukis di wajah pemuda itu, lalu ia berkata kepada dirinya lagi, “Tidak hanya itu, …..bahkan sisi-sisi kuburnya akan menghimpit tubuhnya sekuat mungkin, kecuali bagi yang diselamatkan oleh Allah dikarenakan amalan shalehnya.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya bagi kubur terdapat himpitan. Sekiranya seseorang dapat selamat darinya, maka akan selamat pula darinya Sa’ad bin Muadz.” (H.R. Nasa’i)
“Sungguh mengerikan,” kata pemuda itu. “Derap langkah penghantar jenazah, himpitan kubur, dan apalagi…..?” Sambil mengerenyitkan dahinya mencoba untuk mengingat-ingat. Lalu seketika wajahnya kembali menjadi suram penuh rasa takut seraya bergumam, “Ohya, …….bukankah pada waktu itu dua malaikat, Mungkar dan Nakir, akan mendatanginya? Bukankah keduanya akan bertanya kepadanya dengan tiga pertanyaan, Siapa tuhanmu? Apakah agamamu? Siapa nabimu? Akankah lisannya kelak akan mudah menjawab pertanyaan itu? Bukankah hanya amalan shalihnya lah yang kelak akan membantunya menjawab semua pertanyaan itu?”
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِذَا قُبِرَ المَيِّتُ – أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ، يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا: الْمُنْكَرُ، وَلِلْآخَرِ: النَّكِيرُ
Jika jenazah telah dikuburkan, maka datanglah dua malaikat yang berwarna hitam dan biru kepadanya. Dan dikatakan salah satunya adalah Munkar dan yang satunya adalah Nakir. (H.R Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al Bany)
Lalu pemuda itu berdo’a dengan lirih dan wajah yang sedikit penuh harap, “Ya Allah selamatkan aku dari tiga pertanyaan ini, mudahkan aku dalam menjawabnya. Mudahkan lisan ini untuk menjawab bahwa tuhanku adalah Engkau, yaa Allah, agamaku adalah Islam yang Engkau meridhainya, dan nabiku adalah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.”
“Sungguh aku pernah mendengar bahwasannya, seandainya seseorang selamat dari tiga pertanyaan ini, maka kuburnya akan Allah jadikan luas sejauh 70 hasta, lalu ia dapat melihat tempatnya di surga, lalu ia dapat mencium aromanya, lalu ia akan berdoa (Yaa Allah, segerakan kiamat, tegakkanlah kiamat sekarang juga), lalu ia akan tidur pulas selayaknya tidur seorang pengantin baru, ia tertidur pulas hingga Allah membangkitkanya di hari kebangkitan kelak”
Lalu pemuda itu berdo’a kembali dengan lirih akan tetapi kali ini dengan wajah yang yang dinaungi rasa takut dan keraguan, “Yaa Allah, selamatkan aku dari amalan-amalan buruk di dunia ini, yang kelak ia akan membekukan lisanku dalam menjawab tiga pertanyaan dari malaikat-malaikatMu itu. Janganlah engkau menjadikan aku sebagai hamba-hambamu yang gemar dengan amalan-amalan buruk, sehingga kelak aku akan menjawab dengan jawaban (aku tidak tahu, aku tidak tahu).”
Lalu pemuda ini terdiam sejenak. Tak terasa matanya pun meneteskan air sembari ia berkata, “Yaa Allah, sungguh aku tidak ingin dengan jawabanku itu, kuburku menghimpitku, sehingga tulang-tulang rusuku bercerai berai. Sungguh aku tidak ingin ditampakkan bagiku tempatku di neraka, aku tidak ingin hawa panas neraka-Mu menerpa wajahku. Aku sungguh takut jika malaikat-malaikat-Mu murka dan mengayunkan gada-gada mereka yang mengerikan ke tubuhku, menghancurkan tubuhku. “Sungguh pada waktu itu, semua mahluk dapat mendengar adzab itu, kecuali manusia dan jin.”
Sungguh benar firman Allah ta’ala akan adzab kubur,
:[ وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ– النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ].
Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (Ghafir: 45-46)
Tak lama setelah prosesi pemakaman selesai, pemuda itu pun pergi meninggalkan pemakaman bersama rombongan yang lain, seraya tak lupa ia berdoa,
اللهم اغفر له اللهم ثبته
Oleh : Ibnu Ahmad Kukuh
Mahasiswa STDI Jember
TIGA KEUTAMAAN MENGINGAT MATI
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
«أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ»
“Perbanyaklah mengingat pemutus kledzatan (kematian)” (HR An-Nasai dan dinilai oleh Syaikh Al-Albani : Hasan Shahih)
Sebagian ulama berkata :
من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثةٍ: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، والنشاط في العبادة. ومن نسيه عوقب بثلاثة أشياء: تسويف التوبة وعدم الرضا بالكفاف، والتكاسل في العبادة.
Barang siapa banyak mengingat kematian maka ia akan dimuliakan dengan tiga perkara : (1) selalu bersegera bertaubat, (2) hati yang qona’ah/nerimo, dan (3) semangat dan rajin beribadah. Dan barang siapa yang melupakan kematian maka ia akan dihukum dengan tiga perkara : (1) menunda-nunda taubat, (2) tidak rido dengan pemberian Allah, dan (3) malas dalam beribadah